Latest Posts

Friday 22 February 2013


Ketika cinta harus ku uraikan, maka biarlah aku yang fakir ini menuliskan sesuka hatiku, biarlah baihaki yang bodoh ini memaparkan kebodohannya kepadamu hingga engkau mampu merevisi dan memberinya pemahaman baru. Biarlah pemikiran yang masih kerdil ini, mencoba menunnjukkan kekerdilannya agar engkau mampu mendewasakannya. Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah dan kesalahan semata-mata dari bay yang sering akan  lupa dan dosa ini..

Oke deh, cekidot ^_^

Cinta itu laksana embun di pagi hari; bening, menyegarkan, menyejukkan, membasahi dan menyucikan lubuk hati. Tidak membakarnya dengan api kebencian melainkan menetesi hati dengan kemurnian yang menentramkan. Tidak mengotorinya apalagi memberikan najis padanya, melainkan menghalalkannya dan menjaga kesuciannya.

Cinta itu seperti dua gelombang yang mengalami interverensi positif; dua pribadi yang memiliki frekuensi yang sama(An-Nur:26) kemudian bersatu padu untuk saling menguatkan, saling menopang satu sama lain, saling mengingatkan dan berpesan dalam jalan kebenaran. Perpaduan ini Menghasilkan pribadi yang jauh lebih baik, menghasilkan gelombang baru yang meneruskan cita-cita perjuangan, dengan kualitas yang lebih baik, dengan frekuensi yang lebih besar dan dengan semangat baru yang “cetar membahana”

Cinta itu layaknya hujan yang bersinergi dengan cahaya matahari; menghasilkan pelangi yang indah mempesona. Hujan yang membasahi bahkan membanjiri dengan kesejukannya bekerjasama dengan cahaya matahari yang membakar, menyengat dan  menyilaukan. Keduanya menumbuh kembangkan tunas-tunas hijau, memberikan minum kepada yang kehausan dan menghangatkan serta menunjukkan cahaya keimanan. menggerakkan roda dunia dan siklus rantai kehidupan.

Cinta itu tak ubahnya sebuah layang-layang yang terbang melawan arus angin; terbang dengan gagah , tinggi menjulang langit. Layang-layang Mensyaratkan adanya sebuah tali yang menghubungkan kepadaNya, semakin kokoh tali itu, semakin tagar ia terbang.  jika tak ada tali yang menghubungkan kepadaNya maka ia akan terombang-ambing dalam arus ketidakpastian dan lama kelamaan akan jatuh tersungkur, jauh kedalam dasar bumi. Terhina dan merana.

Cinta itu tak jauh beda dengan minyak wangi. Engkau yang memakainya, tetapi banyak orang di sekitarmu yang juga mencium wanginya, mendapatkan manfaat dan keberkahan darinya. bukan minyak wangi itu yang di sanjung, melainkan engkau pemakainyalah yang mendapat pujian “heemm, baumu harum sekali”, maka gunakanlah cinta yang suci dan harum, milikilah minyak wangi dengan ijab qobul, bukan dengan mencuri hatinya. Milikilah ia yang memiliki kualitas terbaik.

Cinta itu tak seperti lilin yang menyinari tetapi ia sendiri hancur,menyinari pun hanya dengan waktu singkat dan cahaya yang terbatas.  Melainkan cinta itu seperti halnya cahaya matahari yang menyinari tanpa kenal lelah dan tanpa kenal henti. Berbagi cahaya dan kehangatan akan tetapi ia terus ada hingga masanya nanti. Sesekali ia bersembunyi (Ar-ro’d:3), agar tak monoton dan mebosankan.

Cinta itu seharusnya merupakan reaksi fusi, bukan reaksi fisi. Jika cinta itu reaksi fisi maka ia akan menjadi bom yang membinasakan kehidupan, kalau toh ia jadi PLTN(pembangkit listrik tenaga nuklir), ketika suatu saat ia bocor, maka ia akan maniadakan kehidupan dan mencacatkan keturunan. Jika cinta reaksi fisi maka bobotnya akan berkurang dan selalu menghasilkan “sampah nuklir”. Alangkah indahnya jika cinta itu adalah sebuah reaksi fusi, ia mandiri dan terjaga, simbang dan menyeimbangkan, tegar dan selalu ada untuk memberikan manfaat. Reaksi Penggabungan sehingga bobotnya semakin bertambah dan tidak menghasilkan “sampah nuklir”.

Cinta itu seperti nukleus pada sel, ia mengatur dan mengorganisir kehidupannya dengan bijak, layaknya otak yang memberikan arahan dan instruksi kepada anggota tubuh untuk tetap taat dan tunduk kepada rabbnya, ia terlindung dalam dinding yang kokoh, kuat dan bermartabat.

Cinta itu seperti deburan ombak yang terus menerus dan istiqomah dalam memberikan kesejukan, memberikan limpahan kasih sayang dan perhatian tiada henti. Seperti ombak yang meskipun mengalami pasang surut ia tetap menumpahkan gulungan air asin yang mengikis karang-karang tajam dan mensucikan pasir pantai.

Sungguh indah cinta itu, jika harus kutulis semua tentang cinta mungkin tak kan cukup waktuku sepanjang hidup, untuk menguraikan dan mendefinisikan tentang cinta, menunjukkan kebodohanku pada pembaca, berharap mendapat kritik dan saran agar penulis memiliki pemahaman yang bertambah serta kelalaiannya dan ketaktahuannya dapat tertambal dengan comment-comment sahabat semua. Wallahua’lam bish showab.

Salam cinta penuh kasih kawan ^_^

ketika cinta harus ku uraikan


Ketika cinta harus ku uraikan, maka biarlah aku yang fakir ini menuliskan sesuka hatiku, biarlah baihaki yang bodoh ini memaparkan kebodohannya kepadamu hingga engkau mampu merevisi dan memberinya pemahaman baru. Biarlah pemikiran yang masih kerdil ini, mencoba menunnjukkan kekerdilannya agar engkau mampu mendewasakannya. Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah dan kesalahan semata-mata dari bay yang sering akan  lupa dan dosa ini..

Oke deh, cekidot ^_^

Cinta itu laksana embun di pagi hari; bening, menyegarkan, menyejukkan, membasahi dan menyucikan lubuk hati. Tidak membakarnya dengan api kebencian melainkan menetesi hati dengan kemurnian yang menentramkan. Tidak mengotorinya apalagi memberikan najis padanya, melainkan menghalalkannya dan menjaga kesuciannya.

Cinta itu seperti dua gelombang yang mengalami interverensi positif; dua pribadi yang memiliki frekuensi yang sama(An-Nur:26) kemudian bersatu padu untuk saling menguatkan, saling menopang satu sama lain, saling mengingatkan dan berpesan dalam jalan kebenaran. Perpaduan ini Menghasilkan pribadi yang jauh lebih baik, menghasilkan gelombang baru yang meneruskan cita-cita perjuangan, dengan kualitas yang lebih baik, dengan frekuensi yang lebih besar dan dengan semangat baru yang “cetar membahana”

Cinta itu layaknya hujan yang bersinergi dengan cahaya matahari; menghasilkan pelangi yang indah mempesona. Hujan yang membasahi bahkan membanjiri dengan kesejukannya bekerjasama dengan cahaya matahari yang membakar, menyengat dan  menyilaukan. Keduanya menumbuh kembangkan tunas-tunas hijau, memberikan minum kepada yang kehausan dan menghangatkan serta menunjukkan cahaya keimanan. menggerakkan roda dunia dan siklus rantai kehidupan.

Cinta itu tak ubahnya sebuah layang-layang yang terbang melawan arus angin; terbang dengan gagah , tinggi menjulang langit. Layang-layang Mensyaratkan adanya sebuah tali yang menghubungkan kepadaNya, semakin kokoh tali itu, semakin tagar ia terbang.  jika tak ada tali yang menghubungkan kepadaNya maka ia akan terombang-ambing dalam arus ketidakpastian dan lama kelamaan akan jatuh tersungkur, jauh kedalam dasar bumi. Terhina dan merana.

Cinta itu tak jauh beda dengan minyak wangi. Engkau yang memakainya, tetapi banyak orang di sekitarmu yang juga mencium wanginya, mendapatkan manfaat dan keberkahan darinya. bukan minyak wangi itu yang di sanjung, melainkan engkau pemakainyalah yang mendapat pujian “heemm, baumu harum sekali”, maka gunakanlah cinta yang suci dan harum, milikilah minyak wangi dengan ijab qobul, bukan dengan mencuri hatinya. Milikilah ia yang memiliki kualitas terbaik.

Cinta itu tak seperti lilin yang menyinari tetapi ia sendiri hancur,menyinari pun hanya dengan waktu singkat dan cahaya yang terbatas.  Melainkan cinta itu seperti halnya cahaya matahari yang menyinari tanpa kenal lelah dan tanpa kenal henti. Berbagi cahaya dan kehangatan akan tetapi ia terus ada hingga masanya nanti. Sesekali ia bersembunyi (Ar-ro’d:3), agar tak monoton dan mebosankan.

Cinta itu seharusnya merupakan reaksi fusi, bukan reaksi fisi. Jika cinta itu reaksi fisi maka ia akan menjadi bom yang membinasakan kehidupan, kalau toh ia jadi PLTN(pembangkit listrik tenaga nuklir), ketika suatu saat ia bocor, maka ia akan maniadakan kehidupan dan mencacatkan keturunan. Jika cinta reaksi fisi maka bobotnya akan berkurang dan selalu menghasilkan “sampah nuklir”. Alangkah indahnya jika cinta itu adalah sebuah reaksi fusi, ia mandiri dan terjaga, simbang dan menyeimbangkan, tegar dan selalu ada untuk memberikan manfaat. Reaksi Penggabungan sehingga bobotnya semakin bertambah dan tidak menghasilkan “sampah nuklir”.

Cinta itu seperti nukleus pada sel, ia mengatur dan mengorganisir kehidupannya dengan bijak, layaknya otak yang memberikan arahan dan instruksi kepada anggota tubuh untuk tetap taat dan tunduk kepada rabbnya, ia terlindung dalam dinding yang kokoh, kuat dan bermartabat.

Cinta itu seperti deburan ombak yang terus menerus dan istiqomah dalam memberikan kesejukan, memberikan limpahan kasih sayang dan perhatian tiada henti. Seperti ombak yang meskipun mengalami pasang surut ia tetap menumpahkan gulungan air asin yang mengikis karang-karang tajam dan mensucikan pasir pantai.

Sungguh indah cinta itu, jika harus kutulis semua tentang cinta mungkin tak kan cukup waktuku sepanjang hidup, untuk menguraikan dan mendefinisikan tentang cinta, menunjukkan kebodohanku pada pembaca, berharap mendapat kritik dan saran agar penulis memiliki pemahaman yang bertambah serta kelalaiannya dan ketaktahuannya dapat tertambal dengan comment-comment sahabat semua. Wallahua’lam bish showab.

Salam cinta penuh kasih kawan ^_^

3 comments:

Thursday 21 February 2013


Ketika cinta menjadi asa,,
Cukuplah hati ini tentram tanpa dia,,
Ketika cinta menjadi mahligai rumah tangga,,
Cukuplah ia sebagai penyejuk mata

Kala jingga mulai merona,,
Tenggelamlah aku dalam lautan bait cinta,,
Kala merah merekah dan membara
Tak akan tertutup walau seasaat pandangan mata,,

Gejolak jiwa mulai resah dan terbata,,
Sakit, terseok-seok dan merana,,
Kapankah hati ini bisa tertata,,
Dengan cinta dan ia sebagai batu bata,,

Cinta adalah harta,,
Bukan harta sebagai cinta,,
Cinta adalah memilikiNya,,
Bukan malah menjauh dariNya,,


puisi tentang cinta


Ketika cinta menjadi asa,,
Cukuplah hati ini tentram tanpa dia,,
Ketika cinta menjadi mahligai rumah tangga,,
Cukuplah ia sebagai penyejuk mata

Kala jingga mulai merona,,
Tenggelamlah aku dalam lautan bait cinta,,
Kala merah merekah dan membara
Tak akan tertutup walau seasaat pandangan mata,,

Gejolak jiwa mulai resah dan terbata,,
Sakit, terseok-seok dan merana,,
Kapankah hati ini bisa tertata,,
Dengan cinta dan ia sebagai batu bata,,

Cinta adalah harta,,
Bukan harta sebagai cinta,,
Cinta adalah memilikiNya,,
Bukan malah menjauh dariNya,,


0 comments:


Kawan, perjalanan hidup ini memang relatif. Ada yang menganggapnya susah, ada yang menganggapnya mudah, ada pula yang menganggapnya biasa-biasa saja. Yah itu semua tergantung dengan bagaimana cara kita menyikapinya dan yang paling penting adalah bagaimana kondisi iman kita. Kenapa kondisi iman kita sangat mempengaruhi? Untuk menjawab pertanyaan itu, Seperti biasa....

Cekidot ^_^

Siapa sih yang tak pernah mendengar kisah bilal yang disiksa oleh majikannya yang kafir? Disiksa dengan cambuk dan di tindih batu besar serta di jemur diterik matahari dengan bertelanjang dada. Coba kalau kawan2 yang mengalami itu semua, membayangkannya aja pasti berat, iya kan? ^_^ tapi bagi seorang bilal penyiksaan yang begitu dahsyat bukanlah hal berat kawan. Ia mampu melewatinya dengan cara yang sangat indah.

Adalagi seorang panglima yang namanya sering sekali kita dengar, dia adalah khalid bin walid, tidak ada peperangan yang ia ikuti kecuali ia menang dalam peperangan itu (subhanallah), bukankah perang itu sangat melelahkan, memiliki resiko yang sangat besar dengan malaikat maut yang senantiasa mengintainya. Coba kalau kita bayangkan seandainya kita yang berperang, bukankah itu suatu jalan hidup yang sangat berat? Tapi bagi khalid bin walid tidaklah demikian kawan, justru perang adalah kesenangannya, mati  serta syahid di medan perang adalah cita-citanya.

Kawan, bagaimana mungkin seoarang budak bernama bilal mampu menghadapi penyiksaan yang sangat berat itu dengan cara yang sangat indah, dan bagaimana pula seorang panglima kholid bin walid yang selalu menang dalam peperangan malah bercita-cita syahid di medan perang? Setiap mereka mempunyai jalan hidup yang mungkin menurut kita itu sangatlah berat kawan, tapi bagi mereka, jalan itu adalah jalan yang terbaik yang ditetapkan Allah baginya.

Memang hidup ini tergantung bagaimana cara kita menyikapinya, kalo kita nganggap mudah ya mudah, kalo di anggap sulit ya sulit. Tapi kembali lagi dengan pernyataan saya di awal paragraf bahwasanya yang lebih penting dari sebuah penyikapan adalah bagaimana kondisi iman kita? Baik bilal maupun khalid adalah seorang muslim yang memiliki kualitas iman di atas rata-rata, dengan kualitas iman yang tinggi, segalanya akan terasa sangat mudah karena keberadaan Allah yang senantiasa menemani langkah hidup mereka dan menghiasi di setiap ruang hati mereka.

Lalu bagaimanakah dengan kita? Yah, seorang muslim di zaman sekarang memang mengalami fluktuasi(naik-turun) iman yang sangat dinamis. Bahkan tak jarang waktu futur(semangat beribadah menurun) kita lebih lama dari pada waktu semangat kita yang meninggi. Adalagi sebuah pelajaran dari sahabat rosululloh yakni bagaimana ketika kondisi iman sedang futur maka menejemen sikap kitalah yang menetukan.

Mungkin kawan-kawan juga tidak asing mendengar kisah ka’ab dan 2 temannya yang tidak ikut dalam perang tabuk, mereka kemudian dihukum oleh Allah dengan cara di asingkan hingga dunia terasa sempit bagi mereka. Pada kondisi seperti ini, ka’ab mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan romawi dan di tawari dengan jabatan yang tinggi, harta yang banyak serta wanita-wanita yang cantik. Seharusnya, Ka’ab yang terluka karena diasingkan oleh saudara-saudara menerima tawaran itu dan menjadi musuh ummat islam, namun yang terjadi adalah sebaliknya kawan, melalui pola pikir yang jernih dan penyikapan yang begitu matang ka’ab mengatakan “cobaan apa lagi ini?” kemudian ia menyobek-nyobek surat itu dan tetap dalam keterasingan sampai datang pengampunan Allah. Kefuturan telah membuat ka’ab malas untuk berperang dan lebih mencintai dunia. Ia pun sadar atas kesalahannya dan mengambil penyikapan(keputusan) yang bijak dengan tetap bersabar dalam jalan islam.

Kawan,, teruslah tingkatkan kualitas iman kita sebagai benteng utama dalam menghadapi permasalahan hidup dan menyikapi hidup dengan bijak. Jika kefuturan mendera, maka segeralah memohon ampun dan bersungguh-sungguh untuk tetap beristiqomah di jalanNya. Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah Ayat Al-Qur’an yang berbunyi “ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (Ali Imran : 186)

Allahu a’lam bis showab.. ^_^

ketika futur mendera


Kawan, perjalanan hidup ini memang relatif. Ada yang menganggapnya susah, ada yang menganggapnya mudah, ada pula yang menganggapnya biasa-biasa saja. Yah itu semua tergantung dengan bagaimana cara kita menyikapinya dan yang paling penting adalah bagaimana kondisi iman kita. Kenapa kondisi iman kita sangat mempengaruhi? Untuk menjawab pertanyaan itu, Seperti biasa....

Cekidot ^_^

Siapa sih yang tak pernah mendengar kisah bilal yang disiksa oleh majikannya yang kafir? Disiksa dengan cambuk dan di tindih batu besar serta di jemur diterik matahari dengan bertelanjang dada. Coba kalau kawan2 yang mengalami itu semua, membayangkannya aja pasti berat, iya kan? ^_^ tapi bagi seorang bilal penyiksaan yang begitu dahsyat bukanlah hal berat kawan. Ia mampu melewatinya dengan cara yang sangat indah.

Adalagi seorang panglima yang namanya sering sekali kita dengar, dia adalah khalid bin walid, tidak ada peperangan yang ia ikuti kecuali ia menang dalam peperangan itu (subhanallah), bukankah perang itu sangat melelahkan, memiliki resiko yang sangat besar dengan malaikat maut yang senantiasa mengintainya. Coba kalau kita bayangkan seandainya kita yang berperang, bukankah itu suatu jalan hidup yang sangat berat? Tapi bagi khalid bin walid tidaklah demikian kawan, justru perang adalah kesenangannya, mati  serta syahid di medan perang adalah cita-citanya.

Kawan, bagaimana mungkin seoarang budak bernama bilal mampu menghadapi penyiksaan yang sangat berat itu dengan cara yang sangat indah, dan bagaimana pula seorang panglima kholid bin walid yang selalu menang dalam peperangan malah bercita-cita syahid di medan perang? Setiap mereka mempunyai jalan hidup yang mungkin menurut kita itu sangatlah berat kawan, tapi bagi mereka, jalan itu adalah jalan yang terbaik yang ditetapkan Allah baginya.

Memang hidup ini tergantung bagaimana cara kita menyikapinya, kalo kita nganggap mudah ya mudah, kalo di anggap sulit ya sulit. Tapi kembali lagi dengan pernyataan saya di awal paragraf bahwasanya yang lebih penting dari sebuah penyikapan adalah bagaimana kondisi iman kita? Baik bilal maupun khalid adalah seorang muslim yang memiliki kualitas iman di atas rata-rata, dengan kualitas iman yang tinggi, segalanya akan terasa sangat mudah karena keberadaan Allah yang senantiasa menemani langkah hidup mereka dan menghiasi di setiap ruang hati mereka.

Lalu bagaimanakah dengan kita? Yah, seorang muslim di zaman sekarang memang mengalami fluktuasi(naik-turun) iman yang sangat dinamis. Bahkan tak jarang waktu futur(semangat beribadah menurun) kita lebih lama dari pada waktu semangat kita yang meninggi. Adalagi sebuah pelajaran dari sahabat rosululloh yakni bagaimana ketika kondisi iman sedang futur maka menejemen sikap kitalah yang menetukan.

Mungkin kawan-kawan juga tidak asing mendengar kisah ka’ab dan 2 temannya yang tidak ikut dalam perang tabuk, mereka kemudian dihukum oleh Allah dengan cara di asingkan hingga dunia terasa sempit bagi mereka. Pada kondisi seperti ini, ka’ab mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan romawi dan di tawari dengan jabatan yang tinggi, harta yang banyak serta wanita-wanita yang cantik. Seharusnya, Ka’ab yang terluka karena diasingkan oleh saudara-saudara menerima tawaran itu dan menjadi musuh ummat islam, namun yang terjadi adalah sebaliknya kawan, melalui pola pikir yang jernih dan penyikapan yang begitu matang ka’ab mengatakan “cobaan apa lagi ini?” kemudian ia menyobek-nyobek surat itu dan tetap dalam keterasingan sampai datang pengampunan Allah. Kefuturan telah membuat ka’ab malas untuk berperang dan lebih mencintai dunia. Ia pun sadar atas kesalahannya dan mengambil penyikapan(keputusan) yang bijak dengan tetap bersabar dalam jalan islam.

Kawan,, teruslah tingkatkan kualitas iman kita sebagai benteng utama dalam menghadapi permasalahan hidup dan menyikapi hidup dengan bijak. Jika kefuturan mendera, maka segeralah memohon ampun dan bersungguh-sungguh untuk tetap beristiqomah di jalanNya. Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah Ayat Al-Qur’an yang berbunyi “ Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”. (Ali Imran : 186)

Allahu a’lam bis showab.. ^_^

0 comments:

Wednesday 20 February 2013


Hello guys,, gimana nih kabarnya? Semoga tetap sehat selalu yah? Dan semoga tetap di beri rahmat serta keistiqomahan untuk terus berusaha menjadi pribadi yang baik dan jauh lebih baik ^_^
Sedikit prolog dariku kawan ,,
Deru sungai mengantarkan sebuah kesejukan dalam lembah kegalauan, tanaman misteri merajai rahasia dalam setiap kuncupnya, tumbuh tegak dalam ketersembunyian dan ketidaktahuan. Indah nian alam indonesiaku, terpukau, terkesima, terlena dan terkagum aku di buatnya. Adalah gunung-gunung yang menjulang dengan “view” yang istimewa; hijau, segar, sejuk, dingin dan bersahaja. Adalah pantai yang terhampar luas dan angin sepoy-sepoy yang membawa kehangatan. Sungguh kaya negeriku, kaya akan alam, kaya akan budaya, kaya akan bahasa dan kaya akan sebuah cita-cita.
Pernahkah kawan? Engkau berada di puncak tertinggi sudut bumi? Bintang tampak jauh lebih jelas dengan bertaburan dan indah sekali. Melihat samudra awan yang berada di bawah kakimu, samudra awan yang membentang luas layaknya tanah lapang yang tak berpenghuni. Ketika malam, engkau melihat lampu-lampu rumah penduduk desa sepertihalnya taman bintang yang berada dibawah kaki kita. Ketika “sunrise” engkau merasakan energi dan semangat baru dalam menjalani aktivitas di hidupmu. Ketika pagi engkau melihat embun-embun memantulkan cahaya matahari tak beraturan dan berkilauan memecah kegelapan malam,menempel pada ujung daun akibat pengembunan dan gutasi.  kabut yang masih malu-malu kucing untuk beranjak meninggalkan pelukan mesra danau vulkanik yang luar biasa.
Pernahkah kawan? Engkau berada dalam daratan terendah bumi ini? Ya, hanya 1 cm diatas permukaan laut. Atau bahkan melebihi di bawah permukaan laut. Keindahan itu menyimpan keberagaman yang tak terhingga. Pantai berpasir, pantai berkarang, dan pantai yang penuh dengan hutan mangrove. Pernahkah engkau berlari diatas pasir putih yang bersih dan empuk, berjalan di sela-sela karang kemudian melewatinya dengan kelincahan kakimu, berkeliling bersama perahu di sela-sela hutan mangrove, Memetik buahnya dan meminum sirup mangrove? Berlayar dan bercengkerama dengan masyarakat pesisir. Sungguh indah kawan, sungguh tak ada duanya alam indonesia kita.
Kawan, banyak cerita indah dan uniq ketika kita melakukan perjalan dan keluar dari rutinitas kita sehari-hari. Banyak manfaat, banyak pengalaman, dan banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dengan sebuah perjalan mengunjungi tempat-tempat istimewa di indonesia.
 Dengan begitu kawan, kita tersadar akan kekayaan yang kita miliki, sungguh indonesia kita begitu kaya akan sumberdaya alam yang berlimpah dan beragam. Tidak kah kita sadari, di ujung negeri kita ini masih banyak sumberdaya manusia yang tak terkelola dengan baik, sehingga kekayaan itu serasa tidak kita rasakan. Ibarat kita berada dalam tambang emas, akan tetapi kita tak bisa mencari emas itu. Sungguh ironi, kekayaan berlimpah tetapi tak mampu di maksimalkan dengan penuh tanggung jawab dan kerja keras.
Kawan,, aku menyeru kepada engkau yang membaca tulisan tak bermakna ini dan khususnya terhadap diriku sendiri. Sebagai generasi penerus bangsa, bahwasanya ilmu itu sangat penting kawan, gapailah pengetahuan itu setinggi mungkin kemudian tularkan, berikan dan sebar luaskan kepada masyarakat di seluruh indonesia.
Kawan, aku tak lebih pintar darimu, pun aku juga tak lebih hebat darimu. Adalah aku ini yang teramat bodoh sehingga belum mampu berkontribusi banyak untuk bangsa ini, untuk negara ini dan untuk agama ini.
Kawan, cobalah untuk “membuka mata”, tiada perjuangan yang berhenti kawan. Kegagalan ataupun keberhasilah bukanlah isyarat untuk kita berhenti berjuang, karena seharusnya perjuangan itu tak kenal lelah dan tak kenal henti. Perjuangan selalu dijalani dengan susah payah, dengan cucuran keringat dan diiringi dengan semangat. Akankah sebagai pemuda bangsa ini kita berleha-leha, berfoya-foya dan bersenang-senang? Cobalah sadar kawan, perjuangan kita membangun bangsa ini masih belum berakhir dan masih terus berlanjut, sampai kapanpun dan tak akan pernah berhenti.
Kata terakhir “indahnya alam indonesiaku, aku berjanji akan menjagamu karena aku mencintaimu. Aku makan dari tanaman yang tumbuh di tanah indonesia, aku juga minum dari air yang mengalir di indonesia, maka izinkan aku untuk menjadi bagian tanah indonesia kelak ketika sudah waktunya “pulang” mepertanggung jawabkan semuanya”

keindahan alam indonesia


Hello guys,, gimana nih kabarnya? Semoga tetap sehat selalu yah? Dan semoga tetap di beri rahmat serta keistiqomahan untuk terus berusaha menjadi pribadi yang baik dan jauh lebih baik ^_^
Sedikit prolog dariku kawan ,,
Deru sungai mengantarkan sebuah kesejukan dalam lembah kegalauan, tanaman misteri merajai rahasia dalam setiap kuncupnya, tumbuh tegak dalam ketersembunyian dan ketidaktahuan. Indah nian alam indonesiaku, terpukau, terkesima, terlena dan terkagum aku di buatnya. Adalah gunung-gunung yang menjulang dengan “view” yang istimewa; hijau, segar, sejuk, dingin dan bersahaja. Adalah pantai yang terhampar luas dan angin sepoy-sepoy yang membawa kehangatan. Sungguh kaya negeriku, kaya akan alam, kaya akan budaya, kaya akan bahasa dan kaya akan sebuah cita-cita.
Pernahkah kawan? Engkau berada di puncak tertinggi sudut bumi? Bintang tampak jauh lebih jelas dengan bertaburan dan indah sekali. Melihat samudra awan yang berada di bawah kakimu, samudra awan yang membentang luas layaknya tanah lapang yang tak berpenghuni. Ketika malam, engkau melihat lampu-lampu rumah penduduk desa sepertihalnya taman bintang yang berada dibawah kaki kita. Ketika “sunrise” engkau merasakan energi dan semangat baru dalam menjalani aktivitas di hidupmu. Ketika pagi engkau melihat embun-embun memantulkan cahaya matahari tak beraturan dan berkilauan memecah kegelapan malam,menempel pada ujung daun akibat pengembunan dan gutasi.  kabut yang masih malu-malu kucing untuk beranjak meninggalkan pelukan mesra danau vulkanik yang luar biasa.
Pernahkah kawan? Engkau berada dalam daratan terendah bumi ini? Ya, hanya 1 cm diatas permukaan laut. Atau bahkan melebihi di bawah permukaan laut. Keindahan itu menyimpan keberagaman yang tak terhingga. Pantai berpasir, pantai berkarang, dan pantai yang penuh dengan hutan mangrove. Pernahkah engkau berlari diatas pasir putih yang bersih dan empuk, berjalan di sela-sela karang kemudian melewatinya dengan kelincahan kakimu, berkeliling bersama perahu di sela-sela hutan mangrove, Memetik buahnya dan meminum sirup mangrove? Berlayar dan bercengkerama dengan masyarakat pesisir. Sungguh indah kawan, sungguh tak ada duanya alam indonesia kita.
Kawan, banyak cerita indah dan uniq ketika kita melakukan perjalan dan keluar dari rutinitas kita sehari-hari. Banyak manfaat, banyak pengalaman, dan banyak pelajaran yang bisa kita dapatkan dengan sebuah perjalan mengunjungi tempat-tempat istimewa di indonesia.
 Dengan begitu kawan, kita tersadar akan kekayaan yang kita miliki, sungguh indonesia kita begitu kaya akan sumberdaya alam yang berlimpah dan beragam. Tidak kah kita sadari, di ujung negeri kita ini masih banyak sumberdaya manusia yang tak terkelola dengan baik, sehingga kekayaan itu serasa tidak kita rasakan. Ibarat kita berada dalam tambang emas, akan tetapi kita tak bisa mencari emas itu. Sungguh ironi, kekayaan berlimpah tetapi tak mampu di maksimalkan dengan penuh tanggung jawab dan kerja keras.
Kawan,, aku menyeru kepada engkau yang membaca tulisan tak bermakna ini dan khususnya terhadap diriku sendiri. Sebagai generasi penerus bangsa, bahwasanya ilmu itu sangat penting kawan, gapailah pengetahuan itu setinggi mungkin kemudian tularkan, berikan dan sebar luaskan kepada masyarakat di seluruh indonesia.
Kawan, aku tak lebih pintar darimu, pun aku juga tak lebih hebat darimu. Adalah aku ini yang teramat bodoh sehingga belum mampu berkontribusi banyak untuk bangsa ini, untuk negara ini dan untuk agama ini.
Kawan, cobalah untuk “membuka mata”, tiada perjuangan yang berhenti kawan. Kegagalan ataupun keberhasilah bukanlah isyarat untuk kita berhenti berjuang, karena seharusnya perjuangan itu tak kenal lelah dan tak kenal henti. Perjuangan selalu dijalani dengan susah payah, dengan cucuran keringat dan diiringi dengan semangat. Akankah sebagai pemuda bangsa ini kita berleha-leha, berfoya-foya dan bersenang-senang? Cobalah sadar kawan, perjuangan kita membangun bangsa ini masih belum berakhir dan masih terus berlanjut, sampai kapanpun dan tak akan pernah berhenti.
Kata terakhir “indahnya alam indonesiaku, aku berjanji akan menjagamu karena aku mencintaimu. Aku makan dari tanaman yang tumbuh di tanah indonesia, aku juga minum dari air yang mengalir di indonesia, maka izinkan aku untuk menjadi bagian tanah indonesia kelak ketika sudah waktunya “pulang” mepertanggung jawabkan semuanya”

0 comments:

About

back to top