Ketika cinta harus ku uraikan, maka biarlah aku yang fakir ini menuliskan sesuka hatiku, biarlah baihaki yang bodoh ini memaparkan kebodohannya kepadamu hingga engkau mampu merevisi dan memberinya pemahaman baru. Biarlah pemikiran yang masih kerdil ini, mencoba menunnjukkan kekerdilannya agar engkau mampu mendewasakannya. Sungguh, kebenaran datangnya hanya dari Allah dan kesalahan semata-mata dari bay yang sering akan lupa dan dosa ini..
Oke deh, cekidot ^_^
Cinta itu laksana embun di pagi hari; bening, menyegarkan, menyejukkan, membasahi dan menyucikan lubuk hati. Tidak membakarnya dengan api kebencian melainkan menetesi hati dengan kemurnian yang menentramkan. Tidak mengotorinya apalagi memberikan najis padanya, melainkan menghalalkannya dan menjaga kesuciannya.
Cinta itu seperti dua gelombang yang mengalami interverensi positif; dua pribadi yang memiliki frekuensi yang sama(An-Nur:26) kemudian bersatu padu untuk saling menguatkan, saling menopang satu sama lain, saling mengingatkan dan berpesan dalam jalan kebenaran. Perpaduan ini Menghasilkan pribadi yang jauh lebih baik, menghasilkan gelombang baru yang meneruskan cita-cita perjuangan, dengan kualitas yang lebih baik, dengan frekuensi yang lebih besar dan dengan semangat baru yang “cetar membahana”
Cinta itu layaknya hujan yang bersinergi dengan cahaya matahari; menghasilkan pelangi yang indah mempesona. Hujan yang membasahi bahkan membanjiri dengan kesejukannya bekerjasama dengan cahaya matahari yang membakar, menyengat dan menyilaukan. Keduanya menumbuh kembangkan tunas-tunas hijau, memberikan minum kepada yang kehausan dan menghangatkan serta menunjukkan cahaya keimanan. menggerakkan roda dunia dan siklus rantai kehidupan.
Cinta itu tak ubahnya sebuah layang-layang yang terbang melawan arus angin; terbang dengan gagah , tinggi menjulang langit. Layang-layang Mensyaratkan adanya sebuah tali yang menghubungkan kepadaNya, semakin kokoh tali itu, semakin tagar ia terbang. jika tak ada tali yang menghubungkan kepadaNya maka ia akan terombang-ambing dalam arus ketidakpastian dan lama kelamaan akan jatuh tersungkur, jauh kedalam dasar bumi. Terhina dan merana.
Cinta itu tak jauh beda dengan minyak wangi. Engkau yang memakainya, tetapi banyak orang di sekitarmu yang juga mencium wanginya, mendapatkan manfaat dan keberkahan darinya. bukan minyak wangi itu yang di sanjung, melainkan engkau pemakainyalah yang mendapat pujian “heemm, baumu harum sekali”, maka gunakanlah cinta yang suci dan harum, milikilah minyak wangi dengan ijab qobul, bukan dengan mencuri hatinya. Milikilah ia yang memiliki kualitas terbaik.
Cinta itu tak seperti lilin yang menyinari tetapi ia sendiri hancur,menyinari pun hanya dengan waktu singkat dan cahaya yang terbatas. Melainkan cinta itu seperti halnya cahaya matahari yang menyinari tanpa kenal lelah dan tanpa kenal henti. Berbagi cahaya dan kehangatan akan tetapi ia terus ada hingga masanya nanti. Sesekali ia bersembunyi (Ar-ro’d:3), agar tak monoton dan mebosankan.
Cinta itu seharusnya merupakan reaksi fusi, bukan reaksi fisi. Jika cinta itu reaksi fisi maka ia akan menjadi bom yang membinasakan kehidupan, kalau toh ia jadi PLTN(pembangkit listrik tenaga nuklir), ketika suatu saat ia bocor, maka ia akan maniadakan kehidupan dan mencacatkan keturunan. Jika cinta reaksi fisi maka bobotnya akan berkurang dan selalu menghasilkan “sampah nuklir”. Alangkah indahnya jika cinta itu adalah sebuah reaksi fusi, ia mandiri dan terjaga, simbang dan menyeimbangkan, tegar dan selalu ada untuk memberikan manfaat. Reaksi Penggabungan sehingga bobotnya semakin bertambah dan tidak menghasilkan “sampah nuklir”.
Cinta itu seperti nukleus pada sel, ia mengatur dan mengorganisir kehidupannya dengan bijak, layaknya otak yang memberikan arahan dan instruksi kepada anggota tubuh untuk tetap taat dan tunduk kepada rabbnya, ia terlindung dalam dinding yang kokoh, kuat dan bermartabat.
Cinta itu seperti deburan ombak yang terus menerus dan istiqomah dalam memberikan kesejukan, memberikan limpahan kasih sayang dan perhatian tiada henti. Seperti ombak yang meskipun mengalami pasang surut ia tetap menumpahkan gulungan air asin yang mengikis karang-karang tajam dan mensucikan pasir pantai.
Sungguh indah cinta itu, jika harus kutulis semua tentang cinta mungkin tak kan cukup waktuku sepanjang hidup, untuk menguraikan dan mendefinisikan tentang cinta, menunjukkan kebodohanku pada pembaca, berharap mendapat kritik dan saran agar penulis memiliki pemahaman yang bertambah serta kelalaiannya dan ketaktahuannya dapat tertambal dengan comment-comment sahabat semua. Wallahua’lam bish showab.
Salam cinta penuh kasih kawan ^_^
3 comments: